»

29 Juli 2008

KH. Mukhtar Syafaat


Almarhum KH. Mukhtar Syafa'at (yang di masa kecil lebih dikenal Syafa’at) berasal Dusun Sumantoro Desa Ploso Lor Kecamatan Ploso Klaten Kabupaten Kediri. Semenjak kecil beliau tekun mempelajari ilmu agama Islam dan berkemauan keras untuk mendalaminya. Hal ini terbukti dengan ketekunannya setiap sore hari menjelang maghrib untuk pergi ke musholla terdekat dalam rangka menimba ilmu agama. Pada tahun 1930 beliau melanjutkan ke Pondok Pesantren Tebu Ireng Jombang asuhan KH. Hasyim Ays’ari kemudian melanjutkan lagi ke Setail Banyuwangi untuk berguru kepada KH. Ibrahim.Di pondok ini beliau menghadapi masalah. Al marhum Kyai Dimyathi (putra KH. Ibrahim) mengalami jadzab. Suatu ketika ia mengusir Kyai Syafa’at dan kedua sahabatnya Mawardi dan Keling. Ketiganya adalah santri yang sangat dibencinya, namun yang dibenci ketika itu adalah Kyai Syafa’at. Suatu hari ketika beliau sedang mengajar, Kyai Dimyathi melemparinya dengan maksud agar Kyai Syafa’at pergi meninggalkan Pondok Jalen. Ketika itu pula Beliau meninggalkan Jalen yang diikuti oleh sahabatnya Muhyidin menuju ke kediaman kakaknya Uminatun. Perjuangan beliau dimulai dari musholla milik kakaknya. Mula-mula beliau mengajarkan Al Qur’an dan beberapa kitab dasar kepada para pemuda masyarakat sekitar, dan diikuti oleh para santri yang dulu pernah belajar di Pondok Pesantren Jalen. Beberapa bulan berikutnya musholla tersebut tidak dapat lagi menampung para santri yang ingin belajar kepadanya. Melihat kondisi yang demikian, Kyai Syafa’at merasa prihatin sehingga berkeinginan untuk pindah ke luar daerah Blokagung. Namun oleh Kyai Sholehan dilarang dan bahkan kemudian dinikahkan dengan seorang gadis bernama Siti Maryam, putri dari bapak Karto Diwiryo Badul Hadi. Setelah menikah, beliau pindah ke rumah mertuanya. Di tempat yang baru ini juga sudah ada mushollanya dengan ukuran 7 x 7 meter. Dalam kurun waktu satu tahun, jumlah santri yang belajar bertambah banyak sehingga musholla ini juga tidak cukup untuk menampung santri. Kemudian muncullah ide untuk mendirikan sebuah masjid yang lebih besar untuk keperluan sholat dan belajar. Beliau memerintahkan para santri untuk mengumpulkan bahan bangunan untuk keperluan pendirian masjid. Peristiwa tersebut terjadi pada tanggal 15 Januari 1951. Dalam perkembangan selanjutnya tanggal inilah yang dijadikan sebagai peringatan berdirinya Pondok Pesantren Darussalam Blokagung. Dalam mendirikan pondok pesantren ini beliau dibantu oleh temanya Kyai Muhyidin dan Kyai Mualim.Santri Pondok Pesantren Darussalam berdatangan dari segala penjuru pulau nusantara; Jawa, Kalimantan, Sumatra, Sulawesi, Flores, Irian Jaya, Bali dan NTB. Setelah berjalan sekian tahun, Pondok Pesantren Darussalam semakin maju dan pada tahun pada tahun 1978 secara resmi telah berbadan hukum dan berbentuk Yayasan Darussalam dengan akte notaris Soesanto Adi Poernomo SH, nomor 31 tahun 1978.Kyai Mukhtar Syafaat wafat pada hari Jum’at malam Sabtu tanggal 01 Februari 1991 M/ 17 Rojab 1411 H. dimakamkan di pemakaman keluarga dengan meninggalkan 14 anak dari istri pertama dan 7 anak dari istri kedua.

1 komentar:

@niem'$ mengatakan...

Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Sungguh luar biasa perjalanan hidup Alm. Romo Kyai, (q sampek mo nangis tp malu gi di tempat umum ne). Manusia tidak tau sehari, sebulan, setahun, dua tahun,....dst mo jadi apa karena smua menjadi rahasia Alloh.....
Hanya slalu ikhtiar dan berdoa menjadi senjata yang tak terkalahkan....menanamkan kejujuran tanpa patah arang selalu ikhlas dan positif thinking dengan takdir Alloh insyaalloh hati dan pikir qt kan menjadi tenang....Beliau mempunyai kepribadian yang luar biasa, dengan kronologis perjalanan sebagai santri yang sudah dihadapkan dengan problematika berkepanjangan siapa sangka beliau akan menjadi seorang figur panutan? Mungkin saja dahulu semasa beliau belum berjaya, banyak orang yang memandang sebelah mata. Namun roda kehidupan ini akan terus berputar seiring dengan detik jam kehidupan, begitu halnya keadaan bak roda yang tak lelah tanpa keinginan untuk berhenti, bak lidah tanpa lelah dan terus saja berkata....begitulah hidup kadang menangis kadang tertawa, kadang bergelimang kesuksesan kadang dalam kebangkrutan, kadang penuh dengan api semangat yang berkobar kadang pula dalam kejenuhan....inilah hidup yang harus terus berjalan, tanpa bisa kita tawar siang jadi malam atau malam jadi siang.....
Teruslah gapai cita-cita setinggi mungkin...sebagai manusia qt memang penuh dengan keterbatasan dan kelemahan....namun smua ujian itu tak kan ada artinya dan akan mudah qt hadapi jika qt bisa mengalahkan satu hal yang sangat ekstrim yaitu NAFSU pada diri qt sendiri....
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.